Kurikulum Standar Nasional yang kita miliki mengakomodir bobot mata kuliah Sejarah Gereja dalam 8 SKS, termasuk Sejarah Gereja Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa studi Sejarah Gereja, khsususnya Sejarah Gereja Indonesia itu signifikan bagi mahasiswa teologi. Namun kendala yang selalu dijumpai dalam proses pembelajaran Sejarah Gereja adalah minat terhadap mata kuliah ini.
Pengalaman kami dalam mengajar Sejarah Gereja umum, Asia dan Indonesia di beberapa perguruan tinggi Teologi menunjukkan tidak terlalu banyak mahasiswa yang berminat untuk mata kuliah Sejarah Gereja. Mahasiswa hadir di kelas untuk mengikuti kuliah biasanya hanya sekadar memenuhi persyaratan sekolah.
Ada mahasiswa yang pernah berkata kepada kami, pak soal ujian sejarah Gerejanya jangan menghafal ya!, ada pula yang berkata belajar sejarah gereja itu membosankan dan tidak ada kemanfaatan untuk pergumulan masa kini, semuanya hanya berurusan dengan masa lampau. Disini kami pahami bahwa pendekatan terhadap studi sejarah Gereja kadang lebih bersifat menghafal saja sehingga mahasiswa merasa tidak ada kemanfaatan belajar sejarah Gereja kemanfaatan pergumulannya masa kini.
Dan untuk mengatasi masalah klasik mahasiswa dalam studi Sejarah Gereja seperti yang disebut di atas, maka pendekatan yang kami pakai dalam belajar Sejarah Gereja Indonesia adalah pendekataan kemaknaan Sejarah Gereja. Memang benar! Dalam belajar sejarah Gereja tidak dapat dihindari hafalan tetapi falan tidak ada manfaatnya kalau tidak disertai dengan usaha untuk memahami apa yang dihafalnya. Oleh karena itu penekanan kami dalam studi Sejarah Gereja Indonesia adalah berusaha mencari makna dari fakta masa lampau, karena dengan demikian fakta yang mati dapat dihidupkan atau menjadi berguna bagi kita masa kini. Dan kami berharap ikiranya apa yang kami kemukakan menolong para mahasiswa program koresponden untuk bersemangat belajar Sejarah Gereja Indonesia.
Studi sejarah Gereja Indonesia yang kita lakukan lebih banyak menyinggung tentang Gereja-gereja Katolik dan Protestan arus Calvinis dan Lutheran. Selain itu pembahasan juga berkisar pada Gereja-gereja kelompok Pentakostal dan denominasi lainnya yang masuk ke Indonesia pada abab ke-19 dan 20. Namun tidak banyak kita bicarakan di sini, karena literature yang tersedia juga tidak banyak menginformasikan tentang Gereja-gereja di luar Gereja aliran Calvinis dan Lutheran di Indonesia. Konsekwensinya yaitu dua kelompok Gereja Protestan yang lebih banyak dibicarakan dalam bahan ajar ini.
Informasi tentang Sejarah Gereja Indonesia meliputi Sejarah Gereja Nestorian di Indonesia, Misi Gereja Katolik di Indonesia, Tersebarnya Kristen Protestan (aliran Calvinis) di Indonesia dan Gereja Protestan Indonesia yang bertumbuh ke arah kemandirian. Selain itu dibahas juga Gereja-gereja Indonesia yang telah berusaha mandiri sebelum tahun 1930 yaitu beberapa Gereja Sumatera dan Geeja-gereja Pantekosta yang dimulai di Cepu dan berkembang ke daerah lainnya di Indonesia.
Akhirnya, harapan dan doa kami, kiranya mahasiswa dapat mengadakan studi Sejarah Gereja Indonesia dengan terfokus kepada inti belajar Sejarah Gereja, yaitu belajar bertanya. Selamat bertanya pada Sejarah Gereja Indonesia dan selamat menikmati kekayaan dari belajar Sejarah Gereja untuk diri sendiri dan jemaat atau dalam pelayanan.
Penyusun
Yonas Muanley